Home » Urgensi Sanad Ijazah dalam Pembelajaran Al-Qur’an ( Bagian 1 )

Urgensi Sanad Ijazah dalam Pembelajaran Al-Qur’an ( Bagian 1 )

by admineltartil

 

Menjadi khairu ummah adalah dambaan setiap hamba Allah. Bersama para malaikat dan anbiya di akhirat juga cita-cita setiap muslim dan muslimah. Menjadi bagian dari keluarga Allah di muka bumi pun merupakan suatu harapan. Tetapi semua itu tidaklah dapat diraih oleh semua orang. Hanya orang – orang dengan kualitas keimanan tertentu yang dapat meraihnya. Dan salah satu wasilah untuk meraih keutamaan di atas adalah Al-Qur’an.

Dalam proses pembelajaran Al-Qur’an dari generasi ke generasi kita sering mendengar sanad Al-Qur’an, ijazah qiro’ah dan hal-hal lain berkaitan dengannya. Tulisan ini sekedar upaya ringkas untuk menjelaskan tentang sanad dan ijazah Al-Qur’an. Semoga menjadi tambahan amal bagi penulis juga ilmu bagi yang belum mengetahui.

Devinisi Sanad dan Ijazah

Secara bahasa, سند memiliki  satu asal makna yaitu bersandarnya satu hal ke hal lain sebagaimana disebutkan Ibnu Faris dalam Mu’jam Maqayis Lughah. Sedangkan menurut istilah, Sanad adalah mata rantai suatu berita hingga sampai pada yang mengucapkanya. Jadi sanad suatu berita adalah mata rantai yang menghubungkan kita dengan sumber pertama berita tersebut. Jika berita tersebut adalah hadits, maka sanad adalah mata rantai penghubung hingga sampai ke Rasulullah SAW. Sanad Al-Qur’an berarti mata rantai penghubung hingga Rasulullah SAW – malaikat jibril – dan Allah SWT. Sebab Al-Qur’an adalah kalamullah.

Secara bahasa, جوز memiliki dua asal makna yaitu makna “memotong  susuatu dan pertengahan”. Kemudian dari makna asal ini muncul makna-makna lain seperti “boleh, piala dll,”. Jika ditambah dengan alif ( أجاز  ) memiliki arti  membolehkan, sebagaimana kita temukan pada Mu’jam Maqayis Lughah dan Lisanul ‘Arab karya Ibnu Mandzur. إجازة  adalah bentuk masdar dari أجاز يجيز  yang berarti membolehkan. Sedangkan secara istilah, Imam As Suyuthi menyebutkan dalam kitab beliau Al Itqan Fi Ulumil Qur’an bahwa ijazah adalah : kesaksian dari seorang syaikh atas murid yang ia berikan ijazah bahwa muridnya tersebut memiliki keahlian dalam qiroah Al-Qur’an.

Yang dimaksud kesaksian di sini adalah pernyatan dari syaikh tersebut bahwa sang murid telah menyelesaikan hafalan di depannya dengan tajwid yang bagus serta kuat dan ia memperbolehkan muridnya untuk membaca dan membacakan Al-Qur’an kepada orang lain. Kebanyakan yang memberikan ijazah pada murid-muridnya meyebutkan  sanadnya sampai ke Rasulullah SAW, sehingga kita dapat melihat dalam sanad yang dimiliki seorang hafidz tertulis ijazah dari syaikhnya bersambung sanad hingga Rasulullah SAW.

Sanad tertinggi (terdekat jalur sampainya ke Rasulullah ) saat ini(1) adalah 27 dengan catatan nomer satunya adalah para sahabat Rasulullah SAW. Mayoritas ulama menyatakan bahwa mencari sanad tinggi adalah sebuah keutamaan dan dibuktikan dengan realita para thallabul ilmi yang rihlah mencari sanad Al-Qur’an hingga ke manca negara, baik timur tengah atau yang lainnya.

Urgensi Ijazah dan Sanad

Untuk mengetahui urgensi sanad keilmuan secara umum selayaknya kita perhatikan nukilan-nukilan dari salafu shalih berikut(2) :

  1. Al Hafidz Yazid bin Zurai’ berkata :

لكل دين فرسان، وفرسان هذا الدين أصحاب الأسانيد

Setiap agama memiliki  tentara, dan tentara agama islam adalah para pemilik sanad”.

Para pemilik sanad beliau ibaratkan sebagai prajurit berkuda yang menjaga agama. Pernyataan dari Abdullah bin Al Mubarok berikut ini menjadi penjelas sebab mereka mejadi pelindung agama.

  1. Abdullah bin Al Mubarok berkata :

الإسناد عندي من الدين ولولا الإسناد لقال من شاء ما شاء ،

“Kedudukan sanad bagiku adalah bagian dari agama, kalaulah tidak ada sanad pastilah siapapun bebas berkata semaunya”.

Jika seseorang diperbolehkan berbicara agama dalam urusan agama Islam tanpa diperhatikan pada siapa ia mengambil ilmu, pastilah semua akan berkata semaunya tanpa melihat siapa dia dan apa yang diucapkan. Inilah kurang lebih makna perkataan Ibnu Mubarok, sehingga para pemilik sanad menjadi benteng ummat terhadap pemahaman yang menyimpang dari pemahaman generasi terbaik yang ditinggalkan Rasulullah SAW. Sebagaimana beliau sabdakan “ sebaik-baik masa adalah masaku kemudian yang sesudahnya kemudian yang  sesudahnya lagi”  (HR. Bukhori no 2652, Muslim no 2533).

3.Imam Ats Tsauri berkata :

” الإسناد سلاح المؤمن ، إذا لم يكن معه سلاح فبأي شيء يقاتل ” ،

Sanad adalah senjata seorang mukmin, jika tidak memiliki sanad dengan apakah ia berperang”?

Maksud berperang di sini adalah dalam berargumentasi ketika berpendapat, karena sumber dalil adalah Al-Qur’an, sunnah dan atsar dari para sahabat tabi’in. Dengan menunjukkan sanad seseorang akan terbebas dari tuduhan mengada – adakan perkara baru dalam agama. Karena apa yang disampaikan bukan merupakan pendapat pribadi melainkan berdasarkan teks hadits maupun perkataan para sahabat dan tabiin.

 Dalam kaitannya dengan Al-Qur’an, sanad dan ijazah akan menjadi satu bentuk pertanggungjawaban bagi pemegangnya bahwa apa yang dibaca bukanlah hasil otodidak dan kreasi mandiri melainkan melalui proses pembelajaran dihadapan seorang guru.

  1. Ibnu Sirin berkata :

إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم ”

“Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka hendaklah kalian melihat pada siapa kalian mengambilnya(3).

Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan bahwa Ibnu Sirin adalah orang yang pertama mengkritisi kualitas para perawi hadits dan berprinsip untuk melihat terlebih dahulu dari mana sebuah hadist berasal. Prinsip ini banyak diikuti oleh para ulama. Jika dalam periwayatan hadist yang kedudukannya di bawah Al-Qur’an saja para ulama mengikuti prinsip Ibnu Sirin ini apalagi untuk Al-Qur’an. dan hal ini telah menjadi tradisi sejak zaman Rasulullah SAW. Tidak semua sahabat sederajat dalam kafaah Qur’aniyah, Rasulullah SAW pernah bersabda : barang siapa ingin membaca Al-Qur’an sebagaimana diturunkan hendaklah ia baca sebagaimana bacaan Ibnu Mas’ud” (HR Ahmad).

Nukilan dari salaf ummah tentang urgensi sanad masih sangat banyak, tetapi kami hanya menukilkan empat saja karena sudah mewakili yang lainnya.

Berikut kami tambahkan tentang urgensi sanad dengan beberapa hal, sebagai berikut :

  1. Salaful Ummah telah berlomba-lomba bahkan berjalan bulanan lamanya untuk mencari hadits-hadits dengan sanad tersambung sampai Rasulullah SAW. Maka mencari sanad bacaan Al-Qur’an yang tersambung sampai Rasulullah SAW adalah lebih utama.
  2. Mencari Sanad Qira’ah juga bagian dari menjaga tradisi talqiin talaqqi yang sudah Allah SWT tegaskan dalam Al Qur’an ( surat An Naml ayat 6, Al Qiyamah ayat 16-18 ) serta dicontohkan para sahabat dan tabi’in yang hidup pada masa terbaik hingga zaman sekarang.

Tujuan Talaqqi untuk Mendapatkan Sanad

Mengapa kita mencari sanad Al-Qur’an dan untuk apakah sanad tersebut ?

Kami sering mendengar sanad dan ijazah Al-Qur’an dijadikan sebagai kebanggaan dan terkadang terkesan meremehkan bacaan Al-Qur’an mereka yang belum mendapat sanad. Menurut kami, hal tersebut di luar tujuan mencari sanad. Justru bagian dari upaya syaitan memasukkan kita pada sikap takabbur dan merasa besar. Bukankah kita pernah mendengar Rasulullh SAW bersabda : “Orang yang pandai membaca Al-Qur’an bersama para malaikat, sedang yang membaca dengan kondisi berat dan terbata-bata mendapat dua pahala” ( HR Muslim no 798 ) Rasulullah SAW tidak mensyaratkan harus memiliki sanad untuk diterimanya bacaan Al-Qur’an kita, tetapi memotivasi kita agar menjadikan Al-Qur’an sebagai dzikir rutin kita.

Untuk menghindari melencengnya niat dalam talaqqi mencari sanad Al-Qur’an, berikut kami sampaikan  tujuan-tujuan yang kami rangkumkan dari kitab At Tibyan Fi Adab Hamalatil Qur’an karya Imam An Nawawi sebagai berikut :

  1. Ikhlas dalam mencari ridha Allah SWT dengan berusaha menjadi bagian dari keluarga-Nya di muka bumi.
  2. Sebagai bagian amanah ilmiah bahwa Qira’ah Al-Qur’an yang kita baca dan diajarkan bukan hasil ijtihad pribadi, melainkan melalui proses belajar pada seorang muqri’ yang tersambung talaqqinya ke Rasulullah SAW.
  3. Berharap Allah SWT memasukkan dalam golongan para ahlil Qur’an yang membawa ayat-ayatNya di dalam dada dan menerapkanya dalam amalan.
  4. Hendaklah diperhatikan bahwa pendengaran, penglihatan, sanjungan dan ucapan manusia tidak boleh menjadi tujuan dalam mencari ilmu secara umum, termasuk dalam mempelajari Al-Qur’an.

Rasulullah SAW bersabda : ada tiga golongan yang neraka Allah SWT tambahkan panasnya dengan mereka, salah satunya : para penghafal Al-Qur’an yang mencari tujuan duniawi  ( HR. Muslim,Tirmidzi dll ).

*****

Riyadh, Arab Saudi, 30 September 2016

Penulis :  Muhammad Nur Khozin Abu Nuha ( mudir Lembaga Bimbingan Qur’an el Tartiil, Bekasi )

  1. September 2016M.
  2. Kebanyakan atsar yang kami nukilkan bisa dilihat dalam kitab Tadriburrowi syarah Taqrib Nawawi karya Imam Jalaludin As Suyuthi.
  3. Atsar ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam muqadimah sahihnya.

You may also like

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.